Lompat ke konten Lompat ke sidebar Lompat ke footer

Iklan Atas Judul

Riwayat Singkat Baden Powell Bapak Pandu Dunia

Riwayat Singkat Baden  Powell

Tanggal 22 Februari 1857 lahirlah seorang bayi dari pasangan suami istri Domine H.G. Baden Powell dan W.T. Smith  di  London  Inggris  yang  diberi  nama  baden  Powell. Belum lagi bayi itu genap berumur lima tahun, ayahnya meninggal. Sering kali keluarga itu mengalami kesukaran- kesukaran, tetapi berkat cinta kasih seorang ibu kepada anaknya dan cinta kasih anak-anak terhadap ibunya, segala kesulitan dapat diatasi. Jiwa dan watak Baden Powell terbentuk  oleh  tangan lembut ibunya  dan  tempaan pangalaman petualangan dengan saudara laki-lakinya.

Tahun 1870 Baden Poweel masuk Charterhouse  School  di London  dengan bea siswa.  Ia bukan pelajar  yang  luar biasa, tetapi ia adalah  seorang  yang giat. Ia selalu menjadi pusat perhatian  dalam setiap kesempatan  karena bakatnya  yang luar biasa  dalam  bidang  sandiwara,  mengarang,   menggambar,   musik  dan  olah  raga khususnya  sepakbola.  Bahkan  ia menjadi  kiper andalan  sekolahnya.  Baden  Powell selalu gembira dan lucu sehingga disenangi teman-temannya.
Setamatnya dari Charterhouse Baden Powell melanjutkan pendidikannya  pada akademi  militer  di  Sandhurst.  a  berpendapat  bahwa  menjadi  militer  merupakan jembatan untuk dapat mengelilingi dunia. Dan ini memang menjadi kenyataan setelah ia banyak ditugaskan   ke garis depan tentara Inggris baik di India (sebagai pembantu letnan), di Afganistan, di Afrika Selatan maupun di tempat yang lainnya. Berkat kemampuannya dia mendapat simpati dan penghargaan, baik dari kawan maupun lawannya. Salah satu julukan Baden Powell adalah IMPESSA atau serigala yang tak pernah tidur.

Pengalaman   tempur  yang  sangat  menggemparkan   terjadi  di  Mafeking  di tengah benua Afrika yang masih ganas. Ketika perselisihan memuncak dia dikirimkan kesana  untuk  membebaskan   rekannya  yang  terkepung.  Pasukan  Baden  Powell berhasil  masuk  dengan  menerobos.  Namun  yang  terjadi  justru  mereka  terkepung sehingga tak ada jalan untuk memberikan subsidi makanan bagi mereka. Dengan kemampuannya dan jiwanya yang besar Baden Powell banyak memberi bantuan baik lewat kata-kata penghiburnya, pembawaanya yang selalu senang, ataupun lewat kemampuannya   mempertahankan   hidup   di  dalam   pengepungan   itu.  Dan  ketika  Mafeking telah dapat direbut, terjadilah perayaan yang begitu menggemparkan  negri Inggris.  Nama  Baden  Powell  pun  menjadi  harum.  Dia  telah  menjadi  Pahlawan negrinya Sepulang  dari  negri  Afrika,  ia mengarang  sebuah  buku  untuk  tuntunan  para tentara yang diberi judul AIDS TO SCOUTING  atau pedoman untuk memandu. Buku ini kemudian  menjadi  buku bacaan di sekolah-sekolah  laki-laki.  Berhasilnya  buku ini menumbuhkan  kesadarannya  tentang  pentingnya  sebuah buku yang khusus diperuntukkan bagi anak-anak. Setelah tahun 1907 ia mengadakan perkemahan pandu yang  pertama,  pada  tahun  1908  dia  mengarang  buku  Scouting  For  Boys  secara berkala tiga bulanan. Buku ini pun kemudian menyebar ke seluruh pelosok tidak saja di Inggris tetapi juga diluar Inggris.
Setelah kepanduan berkembang dengan pesat di dunia, dia menyadari bahwa sangat tepat jika dia mengkhususkan diri dalam bidang kepanduan. Oleh sebab itu dia meletakkan jabatannya sebagai tentara dengan pangkat terakhir letnan jendral dan ia memasuki  kehidupannya  yang kedua seperti yang ia sebutkan.  Pada tahun 1912 ia mengadakan  perjalanan  keliling  dunia  menemui  pandu  di seluruh  dunia,  dan  pada tahun 1924 diadakan jambore pandu sedunia  yang pertama di Denmark. Pada acara malam  terakhir  pertemuan  itu  Baden  Powell  diangkat  sebagai  Bapak  Pandu  se-
Dunia.

Baca Juga : 
Arti Dan Makna Lambang WOSM (Pandu Dunia)

Setelah mencapai  usia 80 tahun kesehatannya  mulai menurun. Ia rindu akan Afrika.  Kemudian  ia mengajak  istrinya  ke  Kenya  Afrika  untuk  bertempat  tinggal  di sana.  Disanalah  Baden  Powell  mengakhiri  hidupnya  yaitu  pada  tanggal  8  Januari
1941 sebulan lebih sedikit sebelum ulang tahunnya yang ke-84. Memang kerinduannya akan Afrika lagi sangat besar.

“Sebelum  aku mati, aku ingin  melihat  Afrika  lagi”,  kata Baden  Powell.  Istrinya,

Olave St. Clair Soames menjawab, “Aku akan membawamu ke sana”.

Ia  telah meninggal dengan penuh damai dalam hatinya. Tubuhnya terbaring di tengah kicau burung yang meloncat dari dahan ke dahan, seakan-akan mengucapkan selamat jalan pada Baden Powell.
Ia kini telah tiada tetapi benih kepanduan yang ditaburkannya telah tersebar ke seluruh pelosok dunia.

PESAN BADEN POWELL

Pandu pandu yang tercinta,
Jika   kalian   pernah   melihat   sandiwara   “Peter   Pan”,   maka   kalian   akan mengetahui  apa  sebabnya  para  perompak  laut  selalu  meninggalkan  surat wasiat sebelum dia meninggal. Ini disebabkan karena mereka takut tak sempat mengeluarkan  isi hatinya jika saat menutup mata tiba. Demikian pulalah aku. Walau waktu ini aku belum meninggal, namun hal itu pada suatu saat akan tiba juga bagiku. Oleh karena itu, aku ingin menyampaikan pesan sekedar kata perpisahan  untuk  minta  diri.  Ingatlah  ini, merupakan  pesanku  yang  terakhir. Oleh karena itu aku ingin kalian merenungkannya.

Hidupku   sangat   berbahagia,   mudah   –  mudahan   kalian   juga   merasakan
kebahagian  itu dalam  hidupmu.  Saya  yakin,  Tuhan  menciptakan  kita  dalam dunia yang indah ini untuk hidup bergembira  dan berbahagia.  Kebahagiaan tidak timbul dari kekayaan, juga tidak dari pangkat yang mnguntungkan atau   dari   kesenangan   pribadi.   Jalan   kearah   hidup   berbahagia   ialah menjadikan dirimu lahir dan batin selalu sehat dan kuat ketika masih kanak – kanak, sehingga kalian dapat berguna bagi sesamamu  dan dapat menikmati hidup jika nanti telah dewasa.
Usaha  menyelidiki  alam  akan menimbulkan  kesadaran  dalam  dirimu,  bahwa
betapa banyaknya keindahan dan keajaiban yang telah diciptakan Tuhan untuk kita nikmati. Oleh karena itu lebih baik kita mencari kebagusannya dari  pada  kejelekannya.  Jalan  ke  arah  bahagia  adalah  membahagiakan orang lain. Usahakanlah  andaikata kalian meninggalkan  dunia ini, dalam keadaan lebih bagus dari waktu kalian masih hidup.

Dan  bila tiba  giliran  kalian  untuk  meninggalkan  dunia  ini, maka  kalian  akan meninggalkannya   dengan  rasa  puas;  karena  kalian  tidak  menyia-nyiakan dirimu, tetapi telah mempergunakannya  sebaik – baiknya.  Bersiaplah  untuk hidup dan mati dengan bahagia. Resapkanlah hal itu dalam “Janji Pandu”, meskipun saat nanti kalian bukanlah anak – anak lagi,- dan Tuhan akan melimpahkan pertolongan kepada kalian dalam setiap usaha.
Kawan kalian, BADEN POWELL