Contoh Cerpen Berbesar Hati Menerima Kekalahan
Cerpen berjudul berbesar hati menerima kekalahan adalah cerpen yang ditulis oleh Fitria Kurnia Sari berikut isi cerpen nya.
Berbesar Hati Menerima Kekalahan
Edo dan bagus adalah sahabat karib. Mereka satu kelas di sebuah sekolah dasar di Solo Jawa Tengah. Namun, sejak seminggu ini sikap Edo mendadak berubah terhadap bagus. Sekarang, Edo selalu berangkat sekolah sendirian. Bahkan jika bagus mendekatinya untuk bicara, tiba-tiba Edo segera Beranjak Pergi.
" kenapa sekarang Edo tidak mau bicara dan bermain denganku,ya"? Tanya bagus kepada Damar, teman sebangkunya ketika jam istirahat sekolah.
" iya, aku juga melihat kalian seperti sedang bermusuhan. Apa karena kamu yang terpilih menjadi ketua kelas pada pemilihan minggu lalu? Edo kan juga kandidat ketua kelas," tebak damar.
" tapi kan kita melakukannya secara sportif. Itu pilihan teman-teman satu kelas. Bu guru Aneke sendiri yang mengawasi," kata bagus.
Damar mengangguk membenarkan. Ketika bel pulang sekolah Edo buru-buru keluar kelas. Iya sengaja menghindar untuk pulang bersama bagus. Karena tergesa-gesa kaki Edo tersandung di meja. Kepalanya terbentur ujung meja.
" aduh" Edo mengerang kesakitan
Bagus, damar, dan Bimo yang melihat segera menolong Edo. Bagus memapah Edo menuju kursi. Bagus segera mengambil peralatan P3K di lemari kelas. Luka di dahi Edo segera ia obati.
" aku akan mengantarmu pulang, Edo," kata bagus
" terima kasih, bagus. Aku bisa pulang sendiri,kok" tolak hidup.
"Emm, Kenapa Belakangan ini kamu selalu menghindariku, Edo? Apa salahku? Bukankah kita berteman sejak lama?" tanya bagus.
Edo menunduk ia menghela nafas.
" sebenarnya, aku tidak bisa menerima kekalahan ku waktu pemilihan ketua kelas. Aku iri padamu, bagus. Sebagian besar teman-teman lebih memilih mu daripada aku. Padahal, Sedari Dulu aku yang menjadi ketua kelas" jelas Edo.
" Aku tidak ingin bermaksud menggeser mau yang biasa menjadi ketua kelas, Edo. Aku ikut menjadi kandidat ketua kelas karena pilihan teman-teman, termasuk kamu kan do ?"kata bagus.
Edo ingat, waktu itu memang iya yang mengusulkan nama bagus untuk ikut menjadi kandidat. Saat itu Edo sangat yakin ia akan terpilih menjadi ketua kelas bukan bagus.
" Bukankah saat itu kita melakukan pemilihan secara terbuka dan jujur,do? Ingatkan kata Bu Aneke? Kita harus sportif. Yang tidak terpilih harus berbesar hati mau memberikan kesempatan kepada yang lainnya," Damar menimpali.
"Bu Aneke juga bilang, dengan bersikap sportif sebetulnya kita sudah menjadi pemenang. Menang karena mampu menunjukkan kebesaran jiwa untuk menerima kekalahan," tambah Bima.
Edo mengangguk kemudian menyalami bagus
" Maafkan Aku, bagus. Sekarang aku sadar bahwa sikapku menjauhimu adalah salah besar. Kamu sahabat terbaikku bagus," kata Edo.
Edo dan bagus pun bersalaman erat, damar dan Bima tersenyum melihatnya
" tapi kan kita melakukannya secara sportif. Itu pilihan teman-teman satu kelas. Bu guru Aneke sendiri yang mengawasi," kata bagus.
Damar mengangguk membenarkan. Ketika bel pulang sekolah Edo buru-buru keluar kelas. Iya sengaja menghindar untuk pulang bersama bagus. Karena tergesa-gesa kaki Edo tersandung di meja. Kepalanya terbentur ujung meja.
" aduh" Edo mengerang kesakitan
Bagus, damar, dan Bimo yang melihat segera menolong Edo. Bagus memapah Edo menuju kursi. Bagus segera mengambil peralatan P3K di lemari kelas. Luka di dahi Edo segera ia obati.
" aku akan mengantarmu pulang, Edo," kata bagus
" terima kasih, bagus. Aku bisa pulang sendiri,kok" tolak hidup.
"Emm, Kenapa Belakangan ini kamu selalu menghindariku, Edo? Apa salahku? Bukankah kita berteman sejak lama?" tanya bagus.
Edo menunduk ia menghela nafas.
" sebenarnya, aku tidak bisa menerima kekalahan ku waktu pemilihan ketua kelas. Aku iri padamu, bagus. Sebagian besar teman-teman lebih memilih mu daripada aku. Padahal, Sedari Dulu aku yang menjadi ketua kelas" jelas Edo.
" Aku tidak ingin bermaksud menggeser mau yang biasa menjadi ketua kelas, Edo. Aku ikut menjadi kandidat ketua kelas karena pilihan teman-teman, termasuk kamu kan do ?"kata bagus.
Edo ingat, waktu itu memang iya yang mengusulkan nama bagus untuk ikut menjadi kandidat. Saat itu Edo sangat yakin ia akan terpilih menjadi ketua kelas bukan bagus.
" Bukankah saat itu kita melakukan pemilihan secara terbuka dan jujur,do? Ingatkan kata Bu Aneke? Kita harus sportif. Yang tidak terpilih harus berbesar hati mau memberikan kesempatan kepada yang lainnya," Damar menimpali.
"Bu Aneke juga bilang, dengan bersikap sportif sebetulnya kita sudah menjadi pemenang. Menang karena mampu menunjukkan kebesaran jiwa untuk menerima kekalahan," tambah Bima.
Edo mengangguk kemudian menyalami bagus
" Maafkan Aku, bagus. Sekarang aku sadar bahwa sikapku menjauhimu adalah salah besar. Kamu sahabat terbaikku bagus," kata Edo.
Edo dan bagus pun bersalaman erat, damar dan Bima tersenyum melihatnya